Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Perbedaan antara Classical Conditioning dan Operant conditioning


Perbedaan antara Classical Conditioning dan Operant Conditioning

Classical Conditioning

Menurut Skinner (1953) Classical Conditioning merupakan proses pembelajaran yang melibatkan asosiasi stimulus yang awalnya netral dengan respons yang tidak sadar atau refleks. Contohnya eksperimen Pavlov dengan anjing, di mana bel berbunyi sebelum memberi makan anjing sehingga bel tersebut kemudian merangsang saliva anjing. 

Jadi, jika seekor anjing diberi makanan (stimulus tak terkondisi) setiap kali mendengar bel (stimulus terkondisi), maka lama-kelamaan anjing tersebut akan mengeluarkan air liur (respons tak terkondisi) setiap kali mendengar bel, meskipun tidak ada makanan.

Sementara itu, menurut Gagne (1977) classical conditioning adalah proses belajar yang mengubah respons otomatis terhadap suatu stimulus. Dalam classical conditioning, ada dua jenis stimulus, yaitu:
  • Stimulus tak terkondisi (unconditioned stimulus) adalah stimulus yang secara alamiah menimbulkan respons tertentu.
  • Stimulus terkondisi (conditioned stimulus) adalah stimulus yang awalnya tidak menimbulkan respons tertentu, tetapi kemudian dikaitkan dengan stimulus tak terkondisi sehingga menimbulkan respons yang sama.
Gagne (1977) menjelaskan bahwa classical conditioning adalah proses belajar yang mengubah respons otomatis terhadap suatu stimulus. Dalam classical conditioning, ada dua jenis stimulus, yaitu stimulus tak terkondisi dan stimulus terkondisi. Stimulus tak terkondisi adalah stimulus yang secara alamiah menimbulkan respons tertentu. Stimulus terkondisi adalah stimulus yang awalnya tidak menimbulkan respons tertentu, tetapi kemudian dikaitkan dengan stimulus tak terkondisi sehingga menimbulkan respons yang sama. 

Classical conditioning mengubah respons otomatis terhadap suatu stimulus, classical conditioning atau kondisi klasik berkaitan dengan pembentukan asosiasi antara stimulus yang awalnya tidak menimbulkan respons dan stimulus yang menimbulkan respons otomatis atau refleks (Santrock, 2007). Ini menunjukkan bahwa melalui proses ini, stimulus yang semula netral dapat menjadi pemicu respons otomatis 

Operant Conditioning

Operant Conditioning merupakan proses pembelajaran yang melibatkan hubungan antara perilaku dan konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku tersebut (Skinner,1953). Jadi, operant conditioning adalah proses belajar yang mengubah probabilitas suatu perilaku terjadi karena adanya konsekuensi dari perilaku tersebut. 

Menurut Skinner (1953), dalam operant conditioning, ada dua jenis konsekuensi, yaitu penguatan dan hukuman. Penguatan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas suatu perilaku terjadi. Hukuman adalah konsekuensi yang mengurangi probabilitas suatu perilaku terjadi. Contohnya ketika seekor tikus diberi makanan setelah menekan tuas, kemungkinan tikus tersebut akan lebih sering menekan tuas.

Dalam operant conditioning, suatu perilaku dianggap sebagai "operant" karena itu merupakan tindakan yang menghasilkan efek di lingkungan, dan efek tersebut memengaruhi probabilitas terjadinya perilaku tersebut di masa depan (Santrock, 2007).

Contoh penerapan classical conditioning dalam pembelajaran di kelas

Guru menggunakan suara bel untuk menandakan waktu istirahat. Lama-kelamaan, siswa akan merasa lapar ketika mendengar bel, meskipun mereka belum makan.

Pada contoh ini, suara bel adalah stimulus tak terkondisi yang secara alamiah menimbulkan respons lapar. Namun, karena suara bel dikaitkan dengan pemberian makanan, maka lama-kelamaan suara bel akan menjadi stimulus terkondisi yang juga menimbulkan respons lapar.

Contoh penerapan operant conditioning dalam pembelajaran di kelas

Guru memberi pujian kepada siswa yang aktif menjawab pertanyaan. Lama-kelamaan, siswa akan lebih sering menjawab pertanyaan karena mereka ingin mendapatkan pujian dari guru.

Pada contoh ini, menjawab pertanyaan adalah perilaku yang ingin diubah probabilitasnya. Pujian dari guru adalah penguatan yang meningkatkan probabilitas siswa menjawab pertanyaan.

Kesimpulan

Classical conditioning dan operant conditioning adalah dua teori belajar behavioristik yang memiliki perbedaan yang mendasar dalam hal bagaimana belajar terjadi. Classical conditioning mengubah respons otomatis terhadap suatu stimulus, sedangkan operant conditioning mengubah probabilitas suatu perilaku terjadi.

Referensi:
  • Gagne, E.D. (1977). The conditions of learning (4th ed.). New York: Holt, Rinehart and Winston.
  • Santrock, J.W. (2007). Educational psychology (2nd ed.). McGraw-Hill.
  • Skinner, B.F. (1953). Science and human behavior. New York: Macmillan.