Esensi, Kebijakan dan Program-Program Merdeka Belajar di PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah
Teknologi terus maju menciptakan peradaban yang lebih baik untuk semua. Beberapa waktu lalu muncul istilah Education 4.0 yang menunjukkan berbagai sisi baru dari teknologi dan tidak lama kemudian muncul pula istilah Society 5.0 yang menekankan human centered atau berpusat pada manusia dalam implementasi basis teknologi yang tengah dan akan terus berkembang (Haqqi & Wijayati, 2019).
Mengacu pada hal tersebut, ada 3 elemen penting yang perlu diperhatikan lebih lanjut terkait bagaimana kemerdekaan belajar itu diimplementasikan di era Education 4.0 dan Society 5.0 ini, yaitu: (1) Pembelajaran yang mandiri (independent); (2) Pembelajaran yang kontekstual; dan (3) Pembelajaran yang inovatif dalam membangun kreativitas.
Adapun peran teknologi sangat penting sebagai instrumen yang dapat membantu menciptakan pemerataan akses pendidikan dan sumber-sumber pembelajaran, yg saat ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ekosistem digital yang mendukung kemerdekaan belajar, terutama setelah adanya pandemi Covid-19.
Teknologi juga berperan penting dalam perubahan paradigma pembelajaran yang makin mengintegrasikan berbagai variasi pemanfaatan teknologi digital pada setiap tahapan pembelajarannya.Salah satu bentuk perubahan paradigma pembelajaran karena integrasi teknologi digital dan kemerdekaan dalam pembelajaran adalah hadirnya Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy) sebagai disiplin pedagogi yang berusaha untuk mempelajari dan menggunakan teknologi digital kontemporer dalam pembelajaran.
Di Indonesia, Mas Menteri Nadiem Makarim mencanangkan Merdeka Belajar sebagai credo atau filosofi sebagai upaya Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbudristek, untuk menghadapi tantangan di era Education 4.0 dan Society 5.0 ini serta untuk mentransformasi pendidikan di Indonesia dengan menyesuaikan pola dan sistem pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Esensi Merdeka Belajar sejatinya bertujuan untuk menggali potensi terbesar para guru dan murid untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Inovasi yang dilakukan tak lepas dari dukungan teknologi yang dapat digunakan sebagai alat bantu guru dalam meningkatkan potensinya. Kurikulum Merdeka pun dihadirkan sebagai bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama kita hadapi, dan menjadi semakin parah karena pandemi Covid-19 yang kemudian diperkuat dengan Kepmendikbudristek No.56 Tahun 2024 sebagai landasan hukumnya.
Tiga pilihan implementasi Kurikulum Merdeka untuk satuan pendidikan yang memilih menggunakan Kurikulum Merdeka pada Tahun 2024/2024 yaitu Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, Mandiri Berbagi. Pada Mandiri Belajar Satuan pendidikan menerapkan beberapa prinsip Kurikulum Merdeka dalam pelaksanaan pembelajaran dan asesmen namun tetap menggunakan kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan.
Mandiri Berubah Menggunakan Kurikulum Merdeka dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikannya dan menerapkannya dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen, sedangkan Mandiri Berbagi Menggunakan Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan satuan pendidikannya dan menerapkannya dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen dengan komitmen untuk membagikan praktik-praktik baiknya kepada satuan pendidikan lain.
Terdapat empat opsi implementasi Kurikulum Merdeka berdasarkan kesiapan satuan pendidikan Implementasi TA 2024/2025, Implementasi TA 2025/2026, Implementasi TA 2026/2027, Implementasi TA 2027/2028 (khusus satuan PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah di daerah 3T yang belum melaksanakan Kurikulum Merdeka).
3 Elemen Belajar
- Pembelajaran yang mandiri (independent),
- Pembelajaran yang kontekstual, dan
- Pembelajaran yang inovatif dalam membangun kreativitas.
Kemerdekaan Belajar dalam Pembelajaran Mandiri
- Cognitive Skills yaitu mampu membuat hipotesis masalah, mengklasifikasi objek berdasarkan kriteria, mengkonstruksi cara berfikir untuk menyelesaikan masalah secara logis
- Metacognitive Skills yaitu mampu mendeskripsikan dan mengidentifikasi cara mereka belajar, seperti mendengar, mengingat, mengecek kebenaran pengetahuan, menulis.
- Affective Skills yaitu keterampilan mengelola perasaan. Dalam hal ini, motivasi adalah atribut keterampilan afektif yang paling penting dalam pembelajaran independen
Kemerdekaan belajar dalam pengajaran dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning/CTL)
- Menekankan pada pemecahan masalah
- Menyadari perlunya pembelajaran dalam berbagai konteks
- Mengajarkan siswa untuk memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga mereka menjadi pembelajar yang mandiri
- Mengajar sesuai dengan keragaman konteks kehidupan siswa
- Mendorong siswa untuk belajar dari satu sama lain dan bersama-sama
- Menggunakan penilaian otentik.
Kemerdekaan belajar dalam pembelajaran yang inovatif dalam membangun kreativitas
Menggunakan alat bantu audio dan video (teknologi digital)
- Melakukan brainstorming
- Belajar di luar kelas
- Membuat roleplay
- Mendorong penemuan ide-ide baru
- Menggunakan permainan (puzzle and game)
- Melakukan Storytelling.